LAPORAN
PENELITIAN
SITUS
MAKAM SYEH BELA BELU DAMIAKING
A. Latar
Belakang
Kabupaten Bantul, dusun mancingan adalah sebuah desa yang
memiliki aset budaya dengan karakteristik Islami yang khas. Di desa tersebut
terdapat sejumlah situs bersejarah dengan sejarah lokalnya yang dapat menjadi
daya tarik wisata religi, yaitu beberapa makam tokoh penting dalam proses
Islamisasi di Kabupaten Bantul, seperti: Makam Syekh Damakian dan Makam Syech
Bela Belu.
Kharisma dan kesakralan Makam Syekh Damakian dan Makam Syech
Bela Belu telah menarik perhatian umat Islam di Jawa Tengah)untuk berziarah ke
tempat tersebut. Tradisi berziarah ke
tempat itu telah berjalan lama. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, para
peziarah baik secara perseorangan maupun rombongan berasal dari berbagai
golongan baik dari golongan atas sampai menengah ke bawah. Pada umumnya, mereka
dapat digolongkan sebagai pemeluk Islam tradisional yang masih memiliki tradisi
ziarah yang kental dengan berbagai tujuan.
Satu hal yang menarik adalah bahwa tanpa promosi apa pun
untuk memperkenalkan dan menawarkan wisata ziarah ke Dusun Mancingan, para
peziarah yang mengalir ke desa tersebut setiap tahun terus meningkat. Fenomena
ini menunjukkan betapa besar potensi Wonobodro sebagai desa wisata ziarah
Islami. Sebuah desa wisata ziarah apabila dikelola dengan segala kesungguhan
dan profesional akan mendatangkan kesejahteraan dari segi ekonomi dan
kebanggaan serta harga diri bagi warga masyarakatnya dari segi sosial budaya
dan kebergamaannya.
Upaya-upaya untuk mengelola dan mengembangkan wisata ziarah
telah dilakukan, namun terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan
penyampaian informasi kesejarahan dari sebuah situs bersejarah oleh pengelola,
yang tidak lain adalah para juru kunci termasuk pemahaman masyarakat terhadap
Makam Syekh Damakian dan Makam Syech Bela Belu. Ketika para wisatawan
(peziarah) mendatangi objek wisata (situs makam), mereka masih kurang
mendapatkan informasi kesejarahan yang memadai tentang objek wisata (situs
makam) yang dikunjungi.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian dilaksanakan
bertujuan dalam rangka mengungkap dan mendeskripsikan tentang sejarah makam dan
profil Makam Syech Bela Belu dan mengurai serta menggambarkan pola
pengelolaan makam tersebut bagi peningkatan sosial keberagamaan masyarakat
Wonobodro. Serta menyajikan informasi, sehingga para peziarah lebih faham
tentang sirus sejarah yang mereka kunjungi.
B. Program
Pengembangan Situs
1.
Membuat Blog.
2.
Membuat
berita kecil tentang makam Syeh Belabelu melalui sosial media.
C. Tujuan
1.
Mengenal
lebih lanjut tentang sejarah masa lalu syeh Belabelu.
2.
Membangkitkan
semangat wisatawan domestik untuk berwisatan dan ziarah di makam Syeh Belabelu.
3.
Menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang sosial dan budaya.
4.
Melatih diri
dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk tulisan.
5.
Belajar
mencintai dan melindungi warisan budaya bangsa.
6.
Salah satu
syarat untuk memenuhi tugas ahir kuliah Situs Situs Islam di Indonesia.
7.
Untuk
mengetahui langkah-langkah menjaga dan melestarikan salah satu peninggalan
Islam.
D. Metodologi
1.
Reset
penelitian
Dalam reset penelitian
kami menggunakan beberapa metode yang di antaranya adalah :
a.
Observasi
Metode ini digunakan
dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk melakukan pengamatan di tempat
makam syeh Belabelu. Agar terpenuhinya standar ilmiah maka peneliti harus mampu
mengamati masalah masalah yang ada di lapangan sehingga dapat menyimpulkan apa
yang akan mau di teliti.
b.
Interview/Wawancara
Interview atau
wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengadakan dialog ataun
percakapan terkait dengan tema penelitian kepada informan.[1]
Tujuan utama wawancara
antara lain: (a) untuk menggali pemikiran kontruksi seorang informan, yang
menyangkut peristiwa, organisasi, perasaan, perhatian, dan sebagainya yang
terkait dengan aktifitas budaya, (b) untuk merekontruksi pemikiran ulang
tentang hal ihwal yang dialami informan masa lalu atau sebelumnya, (c) untuk
mengungkap proyeksi pemikiran informan tentang kemungkinan budaya miliknya
dimasa mendatang.[2]
c.
Dokumentasi
Dalam penelitian ini
untuk mendapatkan sumber pendukung juga menggunakan dokumentasi. Diantara lain
yang kami lakukan adalah memfoto objek kajian peneliti dan merekam wawancara
dengan informan.
2.
Reset pustaka
Untuk reset pustaka kami
sudah melakukan pencarian mengenai buku-buku yang membahas mengenai syeh
bela-belu tapi selama kami mencari kami belum menemukan buku yang dimaksud.
Sehingga kami hanya mengandalkan wawancara dari para informan saja.
E. Faktor
Pendukung dan Faktor Penghambat
1.
Faktor
Pendukung
Faktor pendukung
adalah hal-hal yang melancarkan penelitian. Adapun pendukung pada saat penelitian
yaitu diantaranya teman-teman satu kelompok yang bisa di ajak kerjasama
sehingga mudah untuk mengerjakannya, tempatnya yang lumayan familiar sehingga
dapat di jangkau dengan mudah, dan juru kunci makam sendiri sangat senang atau
bisa dikatakan menerima dengan ramah para peneliti sehingga membuat peneliti
nyaman.
2.
Faktor
Penghambat
Faktor penghambat
adalah hal-hal yang mengganggu penelitian atau menghambat jalannya penelitian.
Diantaranya yang kami alami adalah karena jarak dari Universitas yang jauh jadi
memakan waktu untuk sampai ditempat penelitian, informan yang sangat sedikit
ketika kami datang di sana, kekurangan pengetahuan dari pada informan sehingga
sangat sedikit data yang kita ambil dari penelitian ini. Kurangya sumber
tertulis yang membahas tentang Syeh Belabelu sehingga Ada Indikasi mitos,
karena yang kami tulis ini adalah hasil dari wawancara juru kunci makam dan
pengunjung setempat.
F. Hasil
Penelitian
a.
Riwayat Hidup
Syekh Belabelu Damiaking
Menurut cerita tutur setempat Syekh
Belabelu adalah salah satu keturunan dari Prabu Brawijaya terakhir. Ia
mempunyai nama kecil Raden Jaka Bandem. Pada awalnya Raden Jaka Bandem tidak
bisa menerima agama Islam. Oleh karena itu pulalah ia menyingkir dengan
menyusuri pantai selatan ke arah barat sampai di perbukitan Parangtritis.
Tidak ada sumber yang dapat menjelaskan
mengapa dari nama Raden Jaka Bandem ini kemudian berubah menjadi Syekh
Belabelu. Raden Jaka Bandem ini dalam pengembaraannya kemudian menetap di bukit
yang sekarang termasuk dalam wilayah Kalurahan Mancingan.[3]
Di bukit ini Syekh Belabelu mempunyai
kegiatan membuat patung. Patung-patung yang dibuat antara lain berupa patung
Punakawan dan Banteng. Oleh karena keberadaan patung Banteng itu pula, maka
bukit yang didiami Syekh Belabelu ini dinamakan Bukit atau Gunung Banteng yang
sekarang termasuk dalam wilayah administrasi Dusun Mancingan, Kalurahan
Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Di bukit inilah Syekh Belabelu
tinggal bersama Syekh Damiaking sampai meninggalnya. Dalam cerita tutur
setempat disebutkan bahwa Syekh Belabelu adalah kakak beradik dengan Syekh
Damiaking. Akan tetapi versi lain menuturkan bahwa mereka hanyalah dua saudara
seperguruan.
Berkaitan dengan dua patung yang dibuat
Syekh Belabelu itu sampai sekarang masih ada. Patung yang diidentifikasikan
sebagai Banteng ini sekarang terletak di sebelah timur kompleks makam, tepatnya
di sisi dinding selatan gedung peristirahatan bagi peziarah. Patung ini
kondisinya sudah rusak. Bagian kepala patung tampak terpenggal dan hilang. Hari
paling ramai untuk kunjungan peziarahan di makam Syekh Belabelu dan Damiaking
adalah hari Jumat.
Banyak peziarah datang ke tempat ini
dengan berbagai permohonan. Sesuai tradisi setempat siapa pun yang merasa
berhasil setelah memohon sesuatu di tempat ini kemudian mengadakan syukuran
dengan membuat persembahan (caos dhahar) berupa nasi liwet ayam. Nasi liwet
ayam adalah nasi yang ditanak setengah matang kemudian didalamnya diberi
ingkung ayam yang telah dimasak matang. Nasi dan ayam yang telah dimasak itu
kemudian dimasak terus hingga nasinya menjadi matang. Jika semua selesai
barulah makanan berupa nasi liwet ayam itu dipersembahkan melalui jurukunci
setempat yang untuk saat ini dipegang oleh Bapak Surakso Suwela (70).
Jalan mendaki ke kompleks makam ini
telah diperkeras dengan beton serta dibuat berundak-undak. Dari kompleks makam
ini peziarah dapat menikmati pemandangan pantai Parangtritis dengan laut
selatan (Samudra Indonesia).
b. Fisisk Bangunan
Batu nisan Syeh Belabelu dan Syekh
Damiaking diletakkan berdampingan. Ukuran kedua nisan sama, yakni panjang 195
Cm, lebar 60 Cm, tinggi 55 Cm. Sedangkan peninggalan lain yang berupa patung Lembu
Nandi, patung Agastya, dan dua buah batu andesit. Patung Lembu Nandi memiliki
ukuran lebar 43 Cm, tinggi 40 Cm, dan panjang 82 Cm. Patung Agastya memiliki
ukuran tinggi 28 Cm, tebal 15 Cm, dan lebar 20 Cm.
Dua buah batu andesit berbentuk persegi
yang terdapat di sisi barat (kanan) cungkup mempunyai ukuran panjang 100 Cm,
lebar 50 Cm, dan tebal 20 Cm. Sedang sisi batu persegi yang terdapat di sebelah
sebelah kiri (timur) cungkup memiliki ukuran panjang 90 Cm, lebar 37 Cm,
tebal/tinggi 16 Cm.
Cungkup makam Syeh Belabelu dan Syekh
Damiaking memiliki sebuah pintu menghadap ke selatan/pantai. Ukuran cungkup
panjangnya 6,8 meter, tinggi 2,8 meter, dan lebar 4 meter. Cungkup telah diberi
lantai keramik berwarna abu-abu (bawah). Sedangkan lantai atas juga telah
dikeramik berwarna putih.[4]
Di samping bercungkup, kompleks makam
Syekh Belabelu dan Damiaking juga dilengkapi dengan tempat peristirahatan bagi
para peziarah (pesanggrahan). Tempat peristirahatan ini memiliki arah hadap ke
barat.
Kompleks makam ini juga dikelilingi
oleh pagar tembok dengan ukuran tembok tertinggi 90 Cm dan terendah 80 Cm.
Tebal tembok pagar makam adalah 29-36 Cm. Kompleks makam ini juga dilengkapi
dengan pintu gerbang/gapura menghadap ke barat. Lebar pintu gapura adalah 2
meter, tinggi gapura 2,1 meter. Kompleks makam ini dinaungi 3 buah pohon asam
yang cukup besar dan tua.
G. Penutup
-
Kesimpulan
Makam Syech Belabelu
adalah salah satu Situs peninggalan islam di indonesia, untuk itu harus kita
jaga dan lestarikan kebudayaan indonesia ini. Situsi yang merupakan kebudayaan
yang sering dikunjungi sebagai tempat berziarah..Melestarikan dan menjaga situs
ini adalah salah satu tugas kita semua. Seringkali kita lihat ada banyak sekali
pencurian terhadap peninggalan peninggalan, untuk itu perlu diadakannya
penjagaan agar situs situs ini diajaga dengan aman. Dan dengan adanya media
informasi yang memadai bisa meningkatkan daftar pengunjung di situs ini
H. Referensi
Lexi J. Metode penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Suwardi
Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2006, hlm. 212
I. Lampiran
-
Foto
-
Nama Informan
1.
Bapak Endarno
2.
Bapak Surakso
Suwela
-
Script
wawancara
Skrip Wawancara Penelitian
Situs Makam Syeh Bela Belu
Kelompok 3 :
Dian Heryana, Alfatih Husain, Yuhana Catur, Ceng Romli, Achmad ikhsan, Tita
sumiati.
Informan
:
Nama : Bapak Endarno
Pekerjaan
:
Juru Kunci & PNS
Waktu : 10 0ktober 2013
Tempat : Desa Mancingan, Kab. Bantul
Pewawancara : Dian Heryana, Ceng Romli, Yuhana Catur S, M.
Alfatih H, Ikhsan.
Pada siang hari tanggal 10 Oktober
2013, kelompok kami datang ke pasarean Syeh Bela Belu. Saat itu juru kunci yang
sedang piket adalah Bapak Endarno. Kami mewawancarai Bapak Endarno dengan
beberapa pertanyaan terkait dengan Syeh Bela Belu.
Dian Heryana
: Maaf Bapak
sebelumnya kami memperkenalkan diri. Kami Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang
berusaha memenuhi tugas mata kuliah Situs-Situs Budaya Islam di Indonesia. Kami
juga berniat berziarah ke Makam Syeh Bela Belu dan Damiaking. Selain itu juga
yang pokok adalah silaturahmi.
Bapak Endarno :
Iya terimakasih sudah mau silaturahmi ke
Pasarean Syeh Bela Belu. terkait dengan penelitiannya saya akan bantu semampu
saya. Jika nanti saya tidak bisa menjelaskan mungkin lusa saya akan menanyakan
pada sesepuh saya.
Ceng Romli :
“Bapak bisa menjelaskan asal-usul tentang Syeh Bela Belu?
Bapak Endarno :
Syeh Bela Belu merupakan seorang putra dari raja brawijaya dengan selirnya.
Nama kecilnya adalah Raden Dhan Dhuri/Jaka Bendem. Pada saat itu ketika
majapahit runtuh dia berkelana/ menyusuri pantai selatan kearah barat sampai
keperbukitan parangtritis. Sebenarnya tidak ada sumber yang valid terkait
dengan asal-usul Syeh Bela Belu.
Yuhana Catur :
“Ketika Dia (Raden Jaka Bendem ) berkelana, adakah orang yang mendampingi,
karena dia seorang putra seorang raja dari kerajaan yang besar?
Bapak Endarno :
Ya, seperti yang diketahui beliau merupaka anak dari seorang raja yang besar,
tentunya dia berkelana tidak sendiri. Beliau bersama prajurit-prajurit yang
tersisa yang nantinya akan berpengaruh di sekitar pantai selatan.
Fatih Husain :
“Mengapa Beliau mempunyai nama Syeh Bela Belu ?
Bapak Endarno :
kalau dari cerita postur badannya yang besar dan suka makan yang menjadikan dia
mempunyai nama Bela Belu.
Dian Heryana :
“Apakah ada sumber lain yang menceritakan tentang siapa beliau, asal-usul
beliau dan lain sebagainya?
Bapak Endarno :
Dalam Babat Demak disebutkan tapi tidak secara detail. Sampai sekarangpun belum
ada yang mengupas detail tentang syeh Bela Belu.
Ceng Romli : “Apakah ada anak turun yang mengaku keturunan
Syeh Bela Belu ?
Bapak Endarno :
Tidak ada, ketika saya bertanya pada ayah dan kakek saya pun jawabanya sama,
tidak ada anak keturunannya. Sepertinya beliau sampai wafatnya tidak menikah.
Dian Heryana :
“Mengapa makam disampingnya Syeh Damiaking bukan orang lain seperti Syeh
Maulana Maghribi, orang yang mempunyai ilmu dan pengaruh yang luas ?
Bapak Endarno :
Yang saya pahami Syeh Damiaking merupakan sahabat sejak ia berguru ilmu atau
lebih dikenal dengan saudara seperguruan.
Yohana Catur : Mengapa posisi makam syech Bela-Belu lokasinya lebih tinggi
dari Makam Syach Maulana Magribi ?
Bapak Endarso : Kalau orang meliki ilmu dan berpengaruh luas biasanya tidak sembarangan dimakamkan
yang saya ketahui apabila semakin tinggi suatu pasarean itu mencerminkan orang
yang dimakamkan berilmu tinggi.
Fatih husain : “Dalam cerita syech Maulana Magribi sengaja datang dari Persia
hnya untuk menemui Syeh Bela-Belu
kenapa?
Bapak Endarno : memang Syech Maulana Magribi sengaja datang dari
Persia karena dia mendapatkan Kabar nahwa dipesisir selatan Jawa ada orang yang
mempunyai pengaruh luas sehingga dia mempunyai keinginan untuk mengislamkan
orang-orang di wilayah itu .
Ceng Romli : “Dalam versi lain
mengatakan Syech Bela-Belu pernah mengembara dengan syach Maulana Magribi,
bagaimana pak itu penjelasanya?
Bapak Endarno : Pada suatu ketika Syech Bela-Belu mengembara dengan
Syech Maulana Magribi untuk mengembara ke Mekkah. Syech Maulana berangkat
terlebih dahulu dengan asumsi akan sampai lebih cepat, namun Syech bBela-Belu
santai saja beliau tidak terges-gesa , beliau mempersiapkan makan banyak dengan
asumsi beliau tidak mau kekurangan
makanan. Jarak keberangkatan antara syech Bela-Belu dengan Syech Maulana cukup
jauh terpaut beberapa minggu tetapi pada kenyataannya Syech Bela-Belu sampai terlebih
dahulu di mekkah karena beliau yakin dengan apa yang beliau lakukan.
Ihsan : “Siapa orang yang
mengislamkan Yech Bela-Belu?
Bapak Endarno : Orang yang mengislamkan Syech
Bela-Belu adalah Syech Maulana Magribi beliau sengaja datang untuk mengislamkan
Syech Bela-Belu dan penduduknya tetapi pada kenyataannya Syech Bela-Belu lebih
tinggi ilmunya dari pada Syech Maulana Magribi.
Dian Heryana : “Apakah ada suatu ajaran atau
ritual yang dilakukan Syech Bela-Belu? Jelaskan !
Bapak Endarno : Ada mas, yaitu puasa melek yaitu Syech mengurangi waktu tidur terutama diwaktu
malam hari istilahnya itu banyak begadangnya memang apabila kita
melakukan puasa melek itu akan mendapatkan hal positif seperti dalam hal
ekonomi jika ada orang yang berjualan dimalam hari itu bisa menjadi rujukan
orang jika orang itu membutuhkan sesuatu kalau jaman sekarang misalnya rokok
dan lainya. Dari hal social apabila ada gempa atau bencana alam dimalam hari
pasti orang yang melek akan tahu lebih dulu.
Dian Heryana : Trimakasih, sudah meluangkan
waktunya untuk menjelaskan tentang Makam Syeh Bela Belu, dari mulai riwayat
hidup yang berkembang dalam masyarakat sampai dengan sejarahnya sampai disini.
Kami semua minta maaf apabila ada kesalahahan dalam perilaku kami.
Bapak Endarno : iya sama-sama, apabila saya ada
ketidak tahuan dalam memberikan informasi mungkin saya akan tanyakan kepada
sesepuh saya, dan terimakasih atas kedatangannya untuk berziarah. Kapan-kapan
bisa datang lagi kemari.